Jurnal ilmiah Online yang mulai dikenal di Indonesia sejak tahun 2014 sebenarnya asasnya sama saja dengan Jurnal Ilmiah versi cetak. Meminjam istilah di dunia Blogging dan Google Adsense, ”Content is the King” atau seperti apapun indah dan mind-blowing tampilan jurnal ilmiah baik versi Online maupun cetak, mutu substansi artikel adalah perkara yang paling utama.
Di satu sisi, ada persamaan asas tapi di sisi yang lain ada juga yang berbeda. Salah satunya adalah aspek penyebarluasan jurnal. Di era cetak versi print jurnal akan dikirimkan ke berbagai institusi dan kita akan meminta kepada institusi-institusi itu untuk mengirimkan via pos bukti tanda terima jurnal berikut stempel dan signature pejabat yang berwenang yang telah menerima versi printed jurnal dari kita. Nah berbeda dengan era sekarang dimana jumlah daily unique visitor pada statcounter pengunjung web-lah yang diperhatikan. Minimal 50 pengunjung unik yang berbeda IP address di jurnal kita. Contohnya Statcounter Jurnal ini.
Selain itu adalagi persoalan indexing and abstracting. Ada web indexing level bawah seperti: Google Scholar, Garuda, Moraref, Microsoft Academic dan Scilit. Ada juga web indexing level menengah seperti: EBSCO, DOAJ, Dimensions, PubMed dan ERIC. Bagi jurnal baru bisa terindeks di web indexing level bawah dan menengah adalah suatu kebanggaan tersendiri. Terutama bisa terindeks di DOAJ yang proses seleksinya sampai 6 bulan dan sering ada rejection dan embargo jika tidak memenuhi kriteria. Bagi jurnal baru seperti itu tapi bagi jurnal yang lama yang sudah Sinta 2 tantangan internasionalisasi adalah mendaftarkan jurnal ke web indexing yang level tinggi yaitu Web of Science dan Scopus.
Pengalaman saya pribadi, jurnal saya berbahagia terindeks Sinta 2 di tahun 2018 tapi di tahun yang sama juga direject oleh Scopus di tahun sebelumnya yaitu 2018 dan mendapatkan embargo sampai tahun 2023 dan setelah itu bisa apply lagi dengan mengirimkan cover letter berisi perbaikan apa saja yang sudah dibuat setelah ada kritik dan saran dari tim CSAB Scopus.
Rejection dari pihak Scopus itu sebenarnya sudah saya prediksi karena waktu maju di tahun 2017 scopus citedness hanya 4 dan artikelnya banyak dari skripsi mahasiswa yang di-jurnal-kan. Prof Zaki editor in chief jurnal IJIMS (Jurnal yang terindeks scopus Q1 di scimago) bilang ke saya bahwa submit ke scopus itu jangan hanya siap diterima tapi harus disiap direject karena ketatnya seleksi dan ada embargo (Important Note: Sudah ada 200-an jurnal Indonesia yang direject Scopus).
Berikut ini adalah rangkuman resensi team CSAB Scopus yang saya terjemahkan dalam bahasa Indonesia. Biar bisa jadi pelajaran buat kita semua karena pelajaran bisa diambil bukan hanya dari Success Story tapi juga Failure Story.
Jurnal ini menerbitkan artikel dalam berbagai bidang studi yang berkaitan dengan bahasa dan pengajaran bahasa. Ada masalah dengan standar ilmiah artikel, serta mekanisme dasar penulisan ilmiah, termasuk ejaan dan tata bahasa. Secara keseluruhan, kecil kemungkinan jurnal ini akan menarik lebih luas bagi pembaca SCOPUS. Sudah banyak jurnal internasional yang bagus sudah membahas bidang kajian studi yang menjadi focus and scope jurnal ini.
Saran ke depan dari pihak scopus: Tinjauan sejawat (Peer Review) dan manajemen editorial perlu diperkuat. Scopus Citedness masih sedikit dan perlu ditingkatkan. Kualitas konten perlu ditingkatkan agar merata di semua artikel yang diterbitkan.
Kemudian tahun berikutnya Alhamdulillah REGISTER JOURNAL bisa terindeks di ESCI Web of Science di bulan juni 2019. Pengalaman indexing di WoS itu agak unik dan aneh. kenapa demikian? mereka menyediakan situs web untuk memeriksa apakah sebuah jurnal itu sudah terindeks di WoS atau belum di http://mjl.clarivate.com tetapi tidak menyediakan suggestor steps seperti di Scopus. Waktu ada Workshop Editor di Bali tahun 2017 saya sudah bilang dan menyarakan lho agar WoS bikin suggestor step kayak Scopus. Saran ini saya sampaikan dalam sesi tanya jawab kepada wakil Clarivate-WoS. tapi koq nggak ada tanggapan ya bertahun-tahun sampai ada info terkini di web ini yang menyatakan bulan Agustus 2021 akan ada WoS Publisher Portal yang kemungkinan akan mirip Suggestor step nya Scopus. Just Wait and See ya.
Terkait dengan ketiadaan Suggestor step di Wos hal ini membuat saya tidak tahu bulan apa tepatnya saya mengirim lamaran jurnal ke Wos karena tidak ada timeline yang menunjukkan progress. semua komunikasi berjalan melalui E-mail dan ketika saya bertanya sebenarnya jurnal saya itu accepted atau tidak jawabannya seperti di screenshot email ini:
Attribution: Inseritore, CC BY-SA 4.0, via Wikimedia Commons
Dear Faizal,
The journal was accepted into ESCI as of June 2019. It does not appear the acceptance letter has been sent yet, but should be forthcoming.
Best regards,
Lauren
Publisher Relations Liaison
Web of Science Group | Clarivate Analytics
bukti diterimanya REGISTER JOURNAL di WoS bisa dilihat di link ini
https://mjl.clarivate.com/cgi-bin/jrnlst/jlresults.cgi?PC=MASTER&ISSN=1979-8903
Diterima di Web of Science tentunya tidak boleh membuat kita besar kepala dan direject oleh Scopus seharusnya tidak membuat kita kecil hati dan putus asa. Pada hakekatnya seperti kata Pak Cahyo Seftyono, Editor in Chief jurnal IPSR bahwa pengelolaan jurnal pada dasarnya adalah diseminasi pengetahuan ke khalayak umum dan indexing hanya bonus. Saya setuju dengan pendapat ini bahwa setinggi apapun level indexing level langitan atau arsy sekalipun tujuan utamanya adalah diseminasi pengetahuan dan membantu para scholar menyebarkan ide dan gagasan keilmuannya di seluruh dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar