Selasa, 14 September 2021

Hal Ikhwal APC atau Biaya Publikasi Jurnal Ilmiah

 Bapak dan Ibu Authors dan Pengelola Jurnal,

Setelah bicara tentang Jurnal Kapal Perang vs Jurnal Kapal Dagang  kali ini saya ingin sedikit bercerita tentang APC atau Article Processing/Publication Charge atau mudahnya kita sebut sebagai biaya publikasi. Saya pernah mendengar beberapa keluhan penulis bahwa ada jurnal-Jurnal Indonesia yang dicap “Predatory” karena sebagai jurnal Sinta 1 terindeks Scopus biaya publikasi IDR 4,5  Juta. Kemudian ada lagi jurnal Sinta 4 atau 5 yang menarik biaya 700 ribu Rupiah jika artikel penulis accepted. Semestinya APC di jurnal itu 400-300 ribu rupiah. Jika 700 ribu itu kemahalan alias ambil untung terlalu banyak.

Ungkapan “Predatory” itu sebetulnya masih perlu dikaji lagi kebenarannya. Karena ibarat rumah tangga, setiap pengelola jurnal memiliki kondisi yang berbeda-beda dalam financing berjalannya jurnal ilmiah. Bisa jadi sebuah jurnal yang menarik biaya 700 ribu itu karena kurang di-support oleh pihak kampus atau institusinya sehingga dana itu akan digunakan untuk membayar editor, team IT, pembelian domain dan sewa hosting, sewa DOI-Crossref, grammarly, turnitin, iThenticate dan sebagainya.


Sumber gambar: maxpixel.net : License to use Creative Commons Zero - CC0

Ada Juga jurnal yang sudah Sinta 1 maupun Sinta 2 tetapi tetap gratis publikasi karena didukung oleh pendanaan yang kuat dari kampus dan institusinya. Sehingga dengan kondisi di lapangan yang beraneka-ragam ini, author tidak bisa dengan mudah menilai sebuah jurnal dianggap "predatory" karena menarik biaya sekian dan sekian. Termasuk Jurnal Sinta 1 yang terindeks Scopus yang menarik biaya publikasi 4,5 Juta Rupiah tersebut di atas, mungkin saja dana itu digunakan untuk membayar staff-staff yang harian berkerja untuk Kantor Jurnal dan juga untuk membayar biaya proofreading naskah dan layout yang professional.

Di  jurnal saya REGISTER JOURNAL biaya APC-nya 150 USD tetapi dari dana itu 50 USD-nya saya gunakan untuk biaya proofreading naskah yang masuk. Sehingga meskipun satu naskah sudah lolos initial review, dicek dengan grammarly, dicek similarity score dengan Turnitin dan Ithenticate, disunting oleh editor, ditelaah oleh minimal dua mitra bestari yang expert dalam bidangnya dan sudah dicek di bagian Copyediting, upaya penghalusan Bahasa dan pengecekan terakhir secara keseluruhan tata Bahasa Inggris dan peristilahannya sangat penting supaya readable , accurate dan acceptable bagi Pengucap Asli Bahasa Inggris.

Kemudian satu lagi tentang Fast Track Review. Banyak author yang salah memahami bahwa Fast track Review itu disamakan dengan Fast Publication. Logikanya karena misalnya APC  IDR 2 Juta yang Fast Track bisa jadi 3 Juta atau 4 Juta. Perlu diketahui bahwa Fast track itu tidak sama dengan Fast Publication. Mungkin saja karena antrian yang panjang di jurnal yang terindeks Scopus  yang sampai 4-5 bulan bahkan ada yang 8 bulan membuat para penulis yang dikejar deadline lulus S2 dan S3 menjadi pusing kepala dan tidak sabar menunggu. 

Solusi dari pengelola jurnal ilmiah adalah author diminta membayar lebih untuk percepatan proses review tetapi membayar di awal ketika lolos di initial review. Namun satu hal yang perlu diingat andaikan anda sebagai Author mengambil jalur Fast Track artikel yang anda submit belum tentu accepted karena Fast Track Review itu yang dicepatkan adalah proses review-nya bukan cepat diterima karena membayar sejumlah uang.

Demikian sedikit paparan saya tentang APC. Semoga Bermanfaat.

2 komentar:

Unknown mengatakan...

Very good writing and thinking

Pak Faizal mengatakan...

thank you