16 Prinsip Transparansi & praktik terbaik DOAJ

Committee on Publication Ethics (COPE), DOAJ, Open Access Scholarly Publishing Association (OASPA), dan World Association of Medical Editors (WAME) adalah organisasi ilmiah yang telah berkolaborasi untuk mengidentifikasi prinsip-prinsip transparansi dan praktik terbaik untuk publikasi ilmiah. Ini adalah versi keempat dari pekerjaan yang sedang berjalan (diterbitkan 15 September 2022). Kami mendorong penyebarannya secara luas.

Prinsip Transparansi dan Praktik Terbaik dalam Penerbitan Ilmiah harus berlaku untuk semua konten yang diterbitkan, termasuk terbitan khusus dan prosiding konferensi. Jika praktiknya menyimpang dari standar yang digariskan, editor harus mengomunikasikan prosedur yang diikuti jurnal secara transparan.

Prinsip-prinsip ini juga mengakui bahwa penerbit dan editor bertanggung jawab untuk mempromosikan aksesibilitas, keragaman, kesetaraan, dan inklusivitas dalam semua aspek publikasi. Keputusan editorial harus didasarkan pada prestasi ilmiah. Mereka tidak boleh terpengaruh oleh asal usul naskah, termasuk kebangsaan, etnis, keyakinan politik, ras, atau agama penulisnya. Jurnal harus memastikan tidak ada kebijakan yang menciptakan lingkungan eksklusif bagi siapa pun yang ingin terlibat dengan jurnal dan harus secara teratur menilai kebijakan inklusivitas mereka.


Prinsip transparansi dan praktik terbaik DOAJ dalam penerbitan ilmiah

Profesor "Scopus"

Amanda Setiorini W. , dosen Akademisi dari Universitas Multimedia Nusantara 

03/05/2024, 14:43 WIB 


BELAKANGAN ini marak di berbagai berita mengenai dosen yang melakukan academic misconduct dalam penelitiannya. Inilah akibat yang harus dipikul dalam budaya instan. Sudah lama aturan yang mendewa-dewakan jurnal tertentu menimbulkan kegelisahan. Sebut saja keharusan untuk memiliki publikasi di jurnal terindeks Scopus untuk naik jenjang jabatan akademik Profesor dan di jurnal terakreditasi SINTA 2 (minimal) untuk naik ke jenjang jabatan akademik Lektor Kepala. Atau, misalnya persyaratan untuk mengikuti ujian tertutup program doktoral yang mengharuskan mahasiswa S3 memiliki publikasi di jurnal terindeks Scopus. Niatnya tentu baik, yaitu untuk meningkatkan kualitas penelitian di Indonesia–baik dari sisi peneliti maupun penyelenggara jurnal. Namun memberi batasan di ujung proses seperti itu dan mengabaikan proses yang berjalan menuju ke sana adalah budaya instan yang menyesatkan. Kita tidak mungkin mengharapkan hasil yang baik tanpa proses yang baik pula. Hasil yang baik dapat dicapai dengan cara-cara yang tidak baik, karena caranya memang tidak diperhatikan alias dengan sengaja diabaikan. Itu sama saja dengan mengharapkan seorang anak bisa Matematika tanpa mengajari konsep penambahan, pengurangan, pembagian, dan perkalian. 

Persyaratan Jurnal

International Journal of Linguistics, Culture, and Communication (JOLCC)

The peer-reviewed International Journal of Linguistics, Culture, and Communication (JOLCC) indexed in ICI Copernicus IndexDimensions, & CrossrefE-ISSN: 2988-1641 publishes high-quality original research focusing on publishing articles that contribute to the ongoing discussion in all areas of the study of Linguistics, Culture, and Communication. Authors may send the manuscript of these topics in English or Bahasa Indonesia.  The topics covered in the journal pay particular attention, but are not limited to:

  • Language as a foundation for culture: Language forms the basis for creating and maintaining human cultures, and language differences often reflect important cultural distinctions.
  • Language and communication: Language is used for communication, and understanding language use can help us better understand ourselves and why we behave the way we do. 
  • Language and culture: Language is a part of culture, and culture is often transmitted through language. 
  • Cultural linguistics: This relatively new field examines the interrelationship between language, culture, and conceptualizations, with implications for second language learning and intercultural communication.
  • Language and social learning: Language is learned; to a lesser extent, it is taught, and there is legitimate debate over the extent of this innateness.
  • Language and cultural change: Language is dominant in transmitting culture, and cultural change is often related to language.
  • Language teaching: Language teaching at school presupposes and relies on the prior knowledge of a first language acquired before school age, and it is mainly directed at reading, writing, literature, formal grammar, and alleged standards of correctness.