7 Jurus Minimal Tata kelola jurnal menuju Akreditasi Nasional
https://www.pegiatjurnal.com/2021/08/7-jurus-tata-kelola-jurnal-menuju.html?m=1
Berikut adalah 7 Jurus Minimal Tata kelola jurnal menuju Akreditasi Nasional
1. Pengelolaan jurnal menuju akreditasi nasional membutuhkan kerja tim yang solid dan berkesinambungan. Setiap peran, mulai dari author, editor, reviewer, hingga tim OJS dan IT, harus terlibat aktif. Tim OJS dan IT memegang peran penting dalam menjaga keamanan dan kelancaran sistem, seperti menghindari gangguan spam, virus, atau peretasan pada web OJS. Dalam struktur tim, setidaknya diperlukan dua bagian utama yaitu tim editor yang mengelola konten dan tim OJS/IT yang mengelola sistem, dengan seorang managing editor sebagai penggerak utama.
2. Peran copyeditor dan proofreader sangat penting dalam meningkatkan kualitas artikel yang diterbitkan. Selain memeriksa tata bahasa dan referensi, copyeditor juga perlu memastikan kesesuaian sitasi dengan daftar pustaka, meskipun sudah menggunakan reference management tools. Penggunaan jasa proofreader, khususnya yang native speaker, menjadi kebutuhan penting untuk meningkatkan kualitas bahasa, terutama bagi jurnal yang menargetkan indeksasi internasional seperti Scopus dan WoS.
3. Konsistensi fokus dan ruang lingkup jurnal harus dijaga agar jurnal tetap berada pada jalur yang sesuai dengan visi penerbitannya. Jurnal yang terlalu beragam atau “campur aduk” cenderung sulit mencapai akreditasi tinggi seperti Sinta 1 atau 2. Evaluator akan menilai apakah artikel yang diterbitkan benar-benar sesuai dengan fokus dan cakupan jurnal yang sudah ditetapkan, sehingga penting bagi pengelola untuk selektif dalam menerima naskah.
4. Kesesuaian antara pedoman penulis (author guidelines) dan template artikel dengan naskah yang diterbitkan juga menjadi perhatian penting. Pedoman dan template harus dipatuhi dengan ketat, seperti aturan jumlah kata dalam abstrak dan bahasa yang digunakan. Pengabaian terhadap pedoman ini bisa menjadi alasan kuat untuk penolakan naskah, bahkan di tahap awal seleksi. Pengelola jurnal perlu memberikan perhatian khusus agar semua naskah yang diterima benar-benar sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
5. Melakukan studi banding atau benchmarking dengan jurnal yang telah sukses menjadi salah satu strategi penting. Dengan belajar dari jurnal yang sudah terakreditasi dan terindeks internasional, pengelola jurnal dapat memahami praktik terbaik. Selain itu, membangun relasi dengan editor dan reviewer dari luar negeri melalui kegiatan konferensi internasional juga bisa menjadi cara efektif untuk memperkuat tim jurnal.
6. Peran mentor atau pendamping dari pengelola jurnal yang lebih berpengalaman juga sangat dibutuhkan. Banyak pengelola jurnal di Indonesia yang minim pengalaman IT atau terlibat karena penugasan dari atasan. Bimbingan dari senior di dunia perjurnalan, seperti yang diberikan oleh Ristekdikti, Kementerian Agama, dan Relawan Jurnal Indonesia (RJI), dapat membantu pengelola baru untuk meningkatkan mutu dan tata kelola jurnal secara signifikan.
7. Akhirnya, niat yang tulus dan doa yang sungguh-sungguh menjadi pondasi dalam pengelolaan jurnal. Pengelolaan jurnal harus dilandasi semangat berbagi ilmu pengetahuan secara terbuka melalui sistem open access yang dapat diakses secara global. Dengan niat yang benar, kerja keras pengelola jurnal akan menjadi ibadah dan membawa manfaat bagi banyak orang di seluruh dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar