Sabtu, 12 November 2022

Is MDPI a reputable publisher?

   Is MDPI a predatory publisher? – Paolo Crosetto (wordpress.com)

Is MDPI a reputable publisher?



In general, I have read bad commentaries about MDPI publisher. Most common commentaries are associated with poor and non-rigorous peer-review processes and high Article Publication Charges (APCs), which is typical of predatory publishers. Is MDPI a reputable publisher?

Is MDPI a predatory journal publisher from China?

Is MDPI a predatory journal publisher from China?
More info>
MDPI was included on Jeffrey Beall's list of predatory open access publishing companies in 2014.
lab life: Apakah MDPI predatory ?

Akhir2 ini banyak teman saya yang mempunyai paper di jurnal2 yang diterbitkan oleh Multidisciplinary Digital Publishing Institute (MDPI) suatu penerbit jurnal ilmiah yang bermarkas di Swiss. Penerbit ini didirikan pada pertengahan tahun 90-an dan berkembang dengan sangat pesat.

Banyak sekali jurnal yg diterbitkannya dan dalam waktu yg sangat singkat, banyak jurnalnya yg mempunyai impact factor tinggi dan tergolong Q1. Ini tidak wajar, meskipun bukan berarti tidak mungkin. Impact factor yang tinggi jurnal2 ini kebanyakan dicapai dengan cara "mendongkrak" dengan memuat banyaknya review papers yang me-refer paper2 sebelumnya di jurnal yang sama utk memperbanyak angka sitasi. Hal ini sendiri sampai sekarang bukan sesuatu yg ilegal meskipun sesuatu yg tidak etis. 

Untuk saya MDPI ada di ambang batas antara predatory dan publisher yang etis. Ini bersumber dari pengalaman saya menjadi reviewer di beberapa jurnal mereka, salah satunya adalah flagship journalnya: Applied Sciences. Di ketiga pengalaman review saya, recomendasi saya adalah reject utk ketiganya. Bukan karena saya tidak senang pada isi papernya tapi karena memang tidak ada nilai akademis baru yg ditawarkan oleh artikel2 tersebut (salah satu artikelnya adalah review article yg bukan cuma tidak mengandung insight baru tapi mengandung kesalahan). Secara panjang lebar saya menulis review report untuk menerangkan pandangan saya dan saran saya untuk memperbaiki paper ini utk masa depan. Tentu saja saran saya bisa lain dengan pendapat editor, ini hal yg biasa. Tapi yg tidak biasa di sini adalah editor setuju dengan saya, dia praktis me-copas pendapat saya dalam decision letter-nya tapi men-accept paper2 tersebut. Ini tidak wajar. Waktu utk mereview juga sangat singkat, 1 minggu dengan perpanjangan 3 hari. Ada insentif utk reviewer dengan memberi voucher sebesar 50-100 CHF utk menerbitkan paper. 

Saya tidak bisa menggeneralisasi pendapat saya utk semua jurnal dari MDPI, mungkin ada jurnal2 terhormat yg diterbitkannya, tapi dari pengalaman saya, setidaknya sementara saya simpulkan kalau MDPI ada di ambang batas predatory.
Saya tidak akan mensubmit paper ke MDPI dan melarang anggota lab saya utk melakukannya. Saya juga tidak bisa merekomendasi peneliti2 lain utk melakukannya. Saya juga tidak akan menerima review request dari penerbit ini, setidaknya utk beberapa tahun ke depan karena saya tidak ingin ambil bagian dari predatory publishing. Tentu dalam tahun2 mendatang ada kemungkinan MDPI bisa menjadi penerbit akademia terhormat, tapi ada juga kemungkinan dia menjadi penerbit predatory murni yg meng-eksploitasi keinginan utk cepat menerbitkan artikel bagi peneliti2 yg tidak mampu utk menerbitkan artikel di jurnal terhormat.

Peneliti2 dan terutama asesor di Indonesia sudah waktunya utk meninggalkan ketergantungan yg berlebihan pada impact factor dan Q value dalam menilai paper. Yang diperlukan adalah menilai isinya. Saya kadang2 menjadi penilai luar utk kenaikan pangkat atau research grant beberapa universitas dan lembaga penelitian di Eropa. Banyak dari lembaga2 ini (terutama dari Belanda) yg secara eksplisit meminta asesor utk tidak memperdulikan impact factor atau Q level dari paper2 para applicant. Ini cara menilai yg benar, meskipun dibutuhkan usaha yg sangat berat.

Ingat, mempunyai paper di predatory journal itu "cacat" dalam karier akademia. Lebih baik tidak punya publikasi daripada punya catatan pernah menjadi author dari predatory journal.

Ini artikel yg cukup berimbang dalam menilai MDPI

Ada publisher lain yg menerbitkan open access journal, Frontiers. Saya juga menjadi Review Editor di salah satu jurnalnya: Frontiers in AI and Robotics, dan saya juga punya satu artikel di Frontiers in Psychology. Review process di sini jauh lebih "rigorous" dan terbuka. Setelah rekomendasi pertama dari reviewer, akan dibuka forum interaktif antara reviewers dan authorsnya, di mana bisa terjadi diskusi yg sangat konstruktif yg di"wasiti" oleh editornya.
Waktu review 10 hari dan bisa di-extend berkali-kali (sekali extensi 1 minggu). Tidak ada insentif finansial utk reviewer, tapi ada insentif lain.
Nama reviewer akan tertera di paper yg terbit. Ini satu bentuk penghargaan sekaligus tanggung jawab. Kalau paper itu bernilai, maka reviewer dihargai sebagai salah satu orang yg mem-"bidani" paper itu. Sebaliknya kalau itu sampah, itu juga tanggung jawab reviewer. Ini satu publishing model yg sangat sehat.

Utk teman2 di Indonesia yg akan mensubmit paper ke MDPI, pikirkan dalam2 sebelum melakukannya. Jangan terlena dng impact factor dan Q yg tidak wajar, "bertarung"-lah di arena akademia yg sehat. Di arena global, "pedigree" akademia anda tidak ditentukan oleh post anda di FB yg dibaca oleh kebanyakan orang yg tidak memiliki kemampuan utk menilai isi paper anda secara akademis, tapi oleh peer anda di akademia, sehingga satu paper di predatory journal cukup utk menyalakan lampu kuning kalau tidak merah.

Tidak ada komentar: